Membawa Bebek Sinjay ke Puncak Ijen sampai Pantai Rajegwesi

Dan Sabtu pagi di akhir bulan Maret kembali kaki ini menjejak bumi Jawa Timur, Surabaya.

{Surabaya – Madura}

Dan perjalanan dimulai menuju House of Sampoerna, rumahnya rokok 2-3-4 dibuat. Tujuannya sebenarnya ingin mendaftar untuk bisa ikut jalan-jalan keliling surabaya bersama bis Surabaya Heritage.

blog1

blog2

Tetapi karena seat sudah dipesan, jadi kegiatan yang satu ini terpaksa dilewatkan. Tetapi tidak melewatkan untuk berkeliling dan masuk ke House of Sampoerna ini. Didalamnya selain bisa melihat kegiatan pembuatan rokok (tidak boleh memotret disini), museum alat-alat tua seperti radio, alat linting rokok, pemutar piringan hitam dan lain-lain. Selain itu tersedia juga toko oleh-oleh bagi yang suka mengisi tas menjadi berat dan menyiksa diri untuk membawanya #eh.

blog3

blog4

Selanjutnya adalah saatnya makan siang. Tentu saja harus ditempat yang paling banyak dikunjungi orang, jadi perjalanan dilanjutkan menyurusi jembatan Suramadu untuk menuju ke Madura dan menyicipi Bebek Sinjay.

blog5

Bukan rumor doang ternyata di sini memang “selalu” antri seperti yang terlihat sekarang. Rugi kayanya kalau sudah antri hanya menyicipi bebek ini sepotong, jadi terpaksalah harus memesan 2 potong ditambah nasi sepiring dan sebuah kelapa muda, walaupun pertanya ditawarin es degan tapi saya tolak demi es kelapa mudah #eh  Tidak ada foto penampapakan bebek sinjay dan sambelnya itu disini, karena saya tergolong orang yang sebelum makan melakukan doa terlebih dahulu, bukan orang yang sebelum makan motret makanan dulu #ehlagi.  Bagaimana dengan rasanya? Rasanya biasa saja, bagi saya. Dan sepertinya kalau soal bebek masih favorit bebek samping RS Boromeus dan bebek Mc Darmo di Bandung. (sorry buat pembela bebek sinjay, hanya ingin berkata jujur).

Selesai makan siang tentu saja harus dilanjutkan kegiatan sunnah yaitu istirahat siang, cukup dengan menutup mata saat perjalanan kembali ke Surabaya, sesampai di Surabaya kembali coba untuk melakukan “riset” ke beberapa kapal selam yang terdampar di daratan, seperti kapal selam yang satu ini.

blog6

Karena panas akhirnya coba duduk-duduk sebentar di Zangrandi Ice Cream yang berada di Jl. Yos Sudarso No. 15, Genteng ini.  Dan kabarnya sudah ada sejak 1930. Mantabs juga tempatnya, kalau rasa es krimnya masih biasa juga hehehe. Atau mungkin salah pilih rasa pilihan spesial? Tapi yang terlihat seperti digambar ini rasanya tidak terlalu mendobrak.

blog7

Nah kalau sore boleh motret makanan sebelum di makan dan setelah berdoa tentunya #teteup.

{www.Kesasar.com}

Setelah ini selanjutnya menjemput 3 orang teman di Bandara Juanda dan perjalanan dilanjutkan ke Jampit untuk mendekati daerah Kaah Ijen. Perjalanan dimulai sekitar jam 9 malam, dan sampai dipertigaan Jampit sekitar pulul 3 subuh. Dari pertigaan tersebut jika dilanjutkan belok kiri maka akan sampai ke Homestay Arabica dan menikmati tidur nyenyak dan bangun sebelum sunrise untuk menyapa sang mentari #halah.

Tapi hal seperti terlalu mainstream, dan kami #antimainstream. Maka setelah bertanya dengan orang di pertigaan tersebut, kami mendapat petunjuk untuk menuju “homestay” kami dengan mengambil arah ke kanan. Dan cerita kesasar dimulai dari saat itu hehehe. Tengah malam, tanpa cahaya karena memasuki desa dan jalan tanpa listrik (karena memang belum masuk listrik) dan menyusuri jalan rusak dan kecil dipagari oleh tanaman kopi di sisi kiri dan kanan. Sorry tidak ada foto di sini karena terlalu tegang. Karena ragu beberapa kali bertanya dengan orang yang ditemui ketika bertemu satu desa, tapi keraguan kami selalu dengan optimis dengan jawaban “lurus saja, sebentar lagi kok” Dan sampai akhirnya matahari menyapa kami, mungkin lebih tepatnya menertawakan kami yang masih kesasar :P

Setelah menyelesaikan kegiatan subuh, dan kembali bertanya akhirnya ada secercah asa kalau homestay yang kami tuju tinggal sebentar lagi, tapi kali ini harus dilanjutkan dengan jalan kaki terlebih dahulu untuk memastikan tempat yang dituju benar. Dapat dilihat di bawah ini jalan-jalan yang kami lalui dengan jalan kaki untuk menuju homestay.

blog8

Dan akhirnya ketemulah dengan penginapan yang orang-orang yang kami tanyai sebelumnya maksudnya. Sesampai di penginapan tadi maka didapatlah kejelasan kalau kami kesasar sejauh 15km #okesip. Tapi tidak ada yg menyesal, karena pemandangan yang kami lihat saat perjalanan ini sangat indah … anggap saja ini asalah Sweet LOST #menghiburdiri :P

Dan akhirnya kami harus kembali ke titik awal kesasar yaitu kepertigaan Jampit. Setelah lebih dari 2 jam menuju pertigaan tersebut, akhirnya sampai juga ke titik NOL ini :) Dari titik tersebut hanya perlu waktu sekitar 10 menit ke tempat homestay kami ternyata.

blog9

Dapat dilihat penampakan homestay yang mestinya sudah kami gapai jam 3 subuh pada hari tersebut :)

Selanjutnya adalah sarapan dan tiduuuuuuuuuuuuuuur, sudah malas untuk jalan-jalan lagi siang itu. Dan persiapan untuk naik ke Kawah Ijen tengah malam di hari itu.

{Ijen}

Naik ke gunung itu adalah kegiatan yang kurang disukai sebenarnya dengan beberapa alasan :

Pertama adalah punya pengalaman buruk dengan Gunung Batu di Lembang yang telah membuat mata berkunang-kurangn saat naik, padahal naiknya tidak lebih dari 1km bahkan 500m. Kedua adalah tidak seperti pantai yang gampang untuk mencari tempat buang hajat, di gunung lebih susah untuk melakukan aktivitas yang biasanya datang saat pagi itu hehehe. Jadi tepaksa harus mengatur metabolisme dengan cara mengurangi makanan berserat dan kurangi minum agar tidak terjadi gejolak aktivitas pagi tersebut :P

Jam 11 malam akhirnya datang juga, saatnya berangkat ke Paltuding, titik terdekat dengan kawah ijen yang masih bisa dijangkau dengan kendaraan, setelah itu harus dilanjutkan dengan jalan kaki sejauh 3km ke puncak Kawah Ijen. Paltuding berada pada 1850mdpl (meter di atas permukaan laut) jadi wajar saja sudah mulai kerasa dingin, jadi perlu ada persiapan sarung tangan hangat dan kupluk untuk melindungi telinga dan kepala dari hawa dingin. Penghangat leher yang semuanya barang bekas dari perjalanan sebelumnya. Kemudian karena males bawa jaket tebal, jadi cukup badan ini dibalut dengan 1 kaos dalam, 2 kaos, 1 sweater tengan panjang dan jaket untuk wind breaker dan juga terkadang dipakai saat hujan. Tas punggung, tas kamera dan tripod….beraaaaat!!!! zzzzzz

blog10

Setelah pasang head lamp, saatnya memulai perjalan 3km dari 1850mdpl sampai ke 2200mdpl kurang lebih, kalau dilihat datanya via Endomondo.

Jalan menuju kawah ijen gelap, hanya ada headlamp dari kepala sendiri dan kepala orang lain yang ada disana. Beberapa kali berhenti untuk istirahat untuk mengambil nafas, dan jalan lupa untuk mematikan headlamp saat itu, karena dengan gelap maksimal, kita akan bisa melihat cahaya hantu-hantu di langit yang berkedip indah. Hantu? Iya hantu, hantu itu adalah penampakan dari sesuatu yang telah mati atau tiada, seperti bintang contohnya. Ada kemungkinan cahaya bintang yang kita lihat itu adalah cahaya yang baru sampai ke mata kita, sedangkan bintangnya sendiri mungkin sudah mati ratusan atau jutaan tahun yang lalu (efek menonton Cosmos  – A Spacetime Odyssey).

Dimulai naik jam 1 subuh, sekitar jam 3 subuh lewat kami sudah sampai di spot untuk menyaksikan api biru (blue fire). Api biru di kawah Ijen adalah fenomena yang hanya terjadi di 2 tempat di dunia ini, tempat yang lain adalah di Islandia. Itu sebabnya kenapa kami datang ke sini malam, agar api birunya dapat dilihat karena api birunya hanya akan terlihat saat malam. Tapi sayangnya setelah beberapa kali nge-google tidak ada keterangan dan gambar yang ditemukan soal api biru di Islandia ini.

Sukurlah perjalanan naik gunung kali ini tidak perlu mengalami fenomena berkunang-kunang, sepertinya rutin olahraga lari setiap hari ada pengaruhnya juga. Ngos-ngos-an pasti lah, namanya juga jalan menanjak. Dan terkadang menanjaknya lumayan sadis, cuma banyak juga bonus jalan datarnya. Detak jantung juga terkadang terasa lebih cepat daripada detak jantung saat lari, tapi biasanya akan normal lagi setelah mengatur nafas. Hari itu Kawah Ijen penuh dengan pengunjung, mungkin karena efek long weekend, jadi banyak yang memanfaatkan dengan naik ke Kawah Ijen.  Dari para pemuda pemudi, sampai terlihat juga keluarga ibu ayah dan anaknya, dan terlihat masih balita. mantabs!

Dan akhirnya sampai juga di Kawah Ijen dan langsung disambut oleh hamparan bintang dan tentu saja api biru.

blog11

Sudah begitu saja? Tentu tidak, kami tunggu sunrise tiba…dan dipikiran saya, sunrise itu akan tempat berada tempat di depan saya. Ternyata tidak, sunsetnya justru di arah sebaliknya dan terlindung oleh tebing. Tapi tetap bisa melihat dan membalas sapaan sang mentari hari itu.

blog12

Jam 8 pagi kami turun ke Paltuding, kali ini perjalanan turun ke bawah sekitar 47menit, lebih cepat daripada saat naik. Dan ini adalah penampakan gerbang masuk Kawah Ijen saat siang hari.

blog13

Kekhawatiran soal gejolak aktivitas metabolisme pagi juga tidak terjadi. Aman dan lacar. Sekarang saatnya kembali ke homestay.

{Pantai Pulau Merah}

Setelah kembali ke homestay, sekitar jam 10 siang perjalanan ke Pantai Pulau Merah di yang berlokasi di Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran, sekitar 4-5 jam dari tempat kami sebelumnya. Pantai ini lebih seperti pantai di Kuta Bali. Berikut penampakannya.

blog14

{Rajegwesi}

Rajegwesi adalah desa nelayan yang daerahnya bagian dari Taman Nasional Meru Betiri (cmiiw).  Perjalanan dari titik sebelumnya ke daerah ini sekitar 2 jam lebih, dengan jalan yang kurang mulus untuk mobil. Jadi bersiaplah untuk digoyang saat di jalan :)

Sekitar jam 8 malam, akhirnya sampai di homestay yang merupakan rumah penduduk di sana.  Tempat homestay yang nyaman, bersih, ada air bersih, ada listrik (horay) dan tentu saja TIDAK ADA sinyal GSM, kata yang pengelolola homestay memang itu disengaja agar keberdaan kami disana tidak diganggu oleh pekerjaan #eh. Tapi dari homestay bisa menuju pantai yang jaraknya sekitar 300m, dan di sana bisa didapat sinyal GSM dan data jika ingin update status ke social media :)

blog15

Penduduk disini ramah dan menyenangkan.  Menu makannya pun enak, sayuran segar dan ikan bakar segar yang dinikmati di pinggir pantai. Paket homestay di sini juga sudah termasuk dengan makan tentunya, sewa perahu, snorkeling, makan ikan bakar di pinggir pantai, guide keliling kampung dan pantai-pantai sekitar rajegwesi. Ada beberapa pantai indah yang bisa ditemui di daerah ini, yaitu Pantai Damai, Pantai Batu dan yang paling membahana adalah Teluk Hijau.

Untuk mencapai pantai-pantai tersebut harus berusaha sedikit, karena harus jalan kaki sekitar 1-2 km dan rada naik bukit dan masuk hutan. Tapi dijamin lebih santai daripada naik turun Kawah Ijen.

blog16

Pantai pertama yang bisa dilihat adalah Pantai Damai. Pantai ini dinikmati dari atas sisi tebing saja, kebetulan tidak turun sampai ke bibir pantai.

blog17

Selanjutnya setelah beberapa saat perjalanan kaki menurut, ketemulah dengan Pantai Batu.

blog18

blog19

Dan yang terindah adalah Teluk Hijau. Tak perlu banyak kata cukup beberapa gambar ini saja.

blog20

blog21

Satu kalimat : Indonesia Itu Indah, Jadi Nikmat dan Jagalah :)

5 thoughts on “Membawa Bebek Sinjay ke Puncak Ijen sampai Pantai Rajegwesi”

Leave a Reply to Resolusi 2014 : Progress Report I | M Reza FaisalCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.